[PAI] Makalah Tentang KH. AHMAD DAHLAN (Pendiri Muhammadiyah) .Docx
---------------------------------------------------------------------------------------
[DOWNLOAD] >> (COVER) Makalah Biografi Tokoh Muhamadiyah .Docx
[DOWNLOAD] >> (ISI) Makalah Biografi Tokoh Muhammadiyah .Docx
---------------------------------------------------------------------------------------
Berikut adalah salah satu tugas sekolah tentang makalah agama islam, semoga bisa menjadi referensi bagi temen-temen semua...
file makalah tokoh muhammadiyah.docx |
Info Tentang Wajibnya Niat Puasa Ramadhan Menurut 4 madzab berbedaFile Makalah biografi tokoh muhammadiyah.docx sangat bermanfaat untuk sobat yang sedang mendapatkan tugas mata pelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) untuk membuat makalah tentang tokoh - tokoh pendiri Muhammadiyah di Indonesia. Semoga file yang sederhana ini dapat membantu sobat semua. terimakasih :D Kunjungi juga ya :)
Sticky Notes : Aplikasi Ringan Bawaan Windows Untuk Orang Pelupa :D
[Preview isi dari file makalah di atas ]
[Preview isi dari file makalah di atas ]
KATA PENGANTAR
Puji syukur
penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wata’ala, karena berkat
rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan Makalah yang berjudul “Biografi KH. Ahmad
Dahlan”. Makalah ini diajukan guna
memenuhi tugas kuliah akhir semester.
Kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga Makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya Makalah ini.
Semoga Makalah
ini dapat bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I 2
PENDAHULUAN 2
A.Latar Belakang
Masalah 3
B.Rumusan Masalah 3
BAB II 3
PEMBAHASAN 3
A.Riwayat Hidup
K.H. Ahmad Dahlan 4
B.Latar Belakang
Pendidikan KH. Ahmad Dahlan 4
C.Tujuan
Berdirinya Organisasi Muhammadiyah 6
D.Pemikiran K.H.
Ahmad Dahlan 6
E.Konsep
Pendidikan KH. Ahmad Dahlan 8
BAB III 11
PENUTUP 11
A.Kesimpulan 11
DAFTAR PUSTAKA 12
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Muhammadiyah
merupakan organisasi Islam terbesar kedua di Indonesia setelah NU. Pendidikan
telah menjadi “trade-merk” gerakan Muhammadiyah, besarnya jumlah lembaga
pendidikan merupakan bukti konkrit peran penting Muhammadiyah dalam proses
pemberdayaan umat Islam dan pencerdasan bangsa. Dalam konteks ini Muhammadiyah
tidak hanya berhasil mengentaskan bangsa Indonesia dan umat islam dari
kebodohan dan penindasan, tetapi juga menawarkan suatu model pembaharuan sistem
pendidikan “modern” yang telah terjaga identitas dan kelangsungannya.
Diskusi tentang
pendidikan Muhammadiyah sebagai salah satu pembaharuan pendidikan islam di
Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pemikiran para pendirinya. Salah satu
tokoh pendidikan Muhammadiyah yang paling menonjol adalah K.H. Ahmad Dahlan.
Oleh karenanya penulis akan membahas makalah yang berjudul “Tokoh Pendidikan
Islam K.H Ahmad Dahlan”.
B.Rumusan Masalah
Agar pembahasan
makalah ini tidak melenceng dari pembahasan, maka penulis menarik rumusan
masalah sebagai berikut :
1.Bagaimana
Riwayat Hidup K.H. Ahmad Dahlan ?
2.Bagaimana Latar
pendidikan K.H. Ahmad Dahlan?
3.Apa Tujuan dari
berdirinya Organisasi Muhammadiyah?
4.Bagaimana
Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan?
5.Bagaimana
Konsep Pendidikan K.H. Ahmad Dahlan?
BAB II
PEMBAHASAN
A.Riwayat Hidup K.H. Ahmad Dahlan
K.H. Ahmad Dahlan
diakui sebagai salah seorang tokoh pembaru dalam pergerakan Islam Indonesia,
antara lain, karena ia mengambil peran dalam mengembangkan pendidikan Islam
dengan pendekatan-pendekatan yang lebih modern. Ia berkepentingan dengan
pengembangan pendidikan Islam masyarakat yang menurutnya tidak sesuai dengan
ajaran Al –Qur’an dan Hadits.
Kyai Haji Ahmad
Dahlan lahir di Kauman, Yogyakarta, 1 Agustus 1868 adalah seorang Pahlawan
Nasional Indonesia. Ia adalah putera keempat dari tujuh bersaudara dari
keluarga K.H. Abu Bakar. K.H Abu Bakar adalah seorang ulama dan khatib
terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu, dan ibu dari
K.H. Ahmad Dahlan adalah puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat sebagai
penghulu Kasultanan Yogyakarta pada masa itu. Dalam sumber lain K.H. Ahmad
Dahlan dilahirkan pada tahun 1869.
Diwaktu kecil K.H.
Ahmad Dahlan bernama Muhammad Darwis, nama Ahmad Dahlan adalah pergantian
setelah berangkat untuk menunaikan ibadah haji di Makkah. Sebelum mendirikan
Persyarikatan Muhammadiyah, beliau bergabung sebagai anggota Boedi Oetomo yang
merupakan organisasi kepemudaan pertama di Indonesia.
Dengan kedalaman
ilmu agama dan ketekunannya dalam mengikuti gagasan-gagasan pembaharuan Islam,
K.H. Ahmad Dahlan kemudian aktif menyebarkan gagasan pembaharuan Islam ke
pelosok-pelosok tanah air sambil berdagang batik. K.H. Ahmad Dahlan melakukan
tabliah dan diskusi keagamaan sehingga atas desakan para muridnya pada tanggal
18 November 1912 K.H. Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah.
Disamping aktif di Muhammadiyah beliau juga aktif di partai politik. Seperti
Budi Utomo dan Sarikat Islam. Hampir seluruh hidupnya digunakan utnuk beramal
demi kemajuan umat Islam dan bangsa. K.H. Ahmad Dahlan meninggal pada tanggal 7
Rajab 1340 H atau 23 Pebruari 1923 M dan dimakamkan di Karang Kadjen,
Kemantren, Mergangsan, Yogyakarta.
B.Latar Belakang Pendidikan KH. Ahmad Dahlan
Nama kecil K.H.
Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwis. Saat masih kecil beliau diasuh oleh
ayahnya sendiri yang bernama K.H. Abu bakar. Karena sejak kecil Muhammad Darwis
mempunyai sifat yang baik, budi pekerti yang halus dan hati yang lunak serta
berwatak cerdas, maka ayah bundanya sangat sayang kepadanya. Ketika Muhammad
Darwis menginjak usia 8 tahun Ia dapat membaca Al-Qur’an dengan lancar. Dalam
hal ini Muhammad Darwis memang seorang yang cerdas pikirannya karena dapat
mempengaruhi teman-teman sepermainannya dan dapat mengatasi segala permasalahan
yang terjadi diantara mereka.
Muhammad Darwis
tinggal di kampung kauman yang mana di tempat itu anti dengan penjajah. Suasana
seperti itu tidak memungkinkan bagi Muhammad Darwis untuk memasuki sekolah yang
dikelola oleh pemerintah penjajah. Pada waktu itu siapa yang memasuki sekolah
gubernamen, yaitu sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah jajahan,
dianggap kafir atau kristen. Sebab itu muhammad Darwis tidak meuntut ilmu pada
sekolah Gubernamen, Ia mendapatkan pendidikan, khususnya pendidikan keagamaan
dari ayahnya sendiri.
Pada abad ke-19
berkembang suatu tradisi mengirimkan anak kepada guru untuk menuntut ilmu, dan
menurut Karel Steebbrink sebagaimana yang dikutip oleh Weinata Sairin ada enam
macam guru yang terkenal pada masa itu; guru ngaji Qur’an, guru kitab, guru
tarekat, guru untuk ilmu ghaib, pejual jimat dan lain-lain. Dari lima macam
guru tadi, Muhammad Darwis belajar mengaji Qur’an pada ayahnya, sedangkan
belajar kitab pada guru-guru lain.
Setelah menginjak
dewasa, Muhammad Darwis mulai membuka kebetan kitab mengaji kepada K.H.
Muhammad Saleh dalam bidang ilmu Fiqh dan kepada K.H. Muhsin dalam bidang ilmu
nahwu. Kedua guru tersebut merupakan kakak ipar yang rumahnya berdampingan
dalam suatu komplek. Sedangkan pelajaran yang lain beliau belajar kepada
ayahnya sendiri. Guru-guru Muhammad Darwis lain yang bisa disebut adalah; Kyai
haji Abdul Khamid, KH. Muhammad Nur, dan Syaikh Hasan.
Sebelum
mendirikan organisasi Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan mempelajari
perubahan-perubahan yang terjadi di Mesir, Arab, dan India, untuk kemudian
berusaha menerapkannya di Indonesia. Ahmad Dahlan juga sering mengadakan
pengajian agama di langgar atau mushola.
C.Tujuan Berdirinya Organisasi Muhammadiyah
Sesuai dengan ide
pembaruan yang di serapnya dari pemikiran Timur Tengah, ia pun mulai melakukan
usaha meluruskan akidah dan amal ibadah masyarakat Islam. Melihat kondisi umat
Islam yang saat itu cukup kritis, K.H. Ahmad Dahlan terdorong untuk mendirikan
organisasi yang kemudian dinamakan Muhammadiyah. Organisasi ini berdiri pada 8
November 1912 di yogyakarta. Perkumpulan Muhammadiyah berusaha mengembalikan
ajaran Islam kepada sumber aslinya, yaitu Al-Qur’an dan Hadits. Hal ini
diwujudkan melalui usaha memperluas dan mempertinggi pendidikan Islam, serta
memperteguh keyakinan agama Islam.
Tujuan dari
berdirinya organisasi ini ialah mengadakan dakwah Islam, memajukan pendidikan
dan pengajaran, menghidupkan sifat tolong-menolong, mendirikan tempat ibadah
dan wakaf, mendidik dan mengasuh anak-anak agar menjadi umat Islam yang
berarti, berusaha ke arah perbaikan penghidupan dan kehidupan yang sesuai
dengan ajaran Islam, serta berusaha dengan segala kebijaksanaan supaya kehendak
dan peraturan islam berlaku dalam masyarakat. Rumusan tujuan ini sesuai dengan
apa yang tertulis dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah Desenber 1950. Setelah
organisasi ini berdiri, sekolah yang didirikan semakin banyak, karena pendirian
sekolah dan madrasah menjadi prioritas dalam setiap gerakan Muhammadiyah. Oleh
karena itu, di mana ada cabang perkumpulan organisasi ini dipastikan terdapat
sekolah atau Madrasah Muhammadiyah. Hal ini dimungkinkan karena kalangan
pendukung Muhammadiyah kebanyakan berasal dari kaum pedagang dan pegawai di
wilayah perkotaan sehingga mudah untuk dikoordinasikan.
D.Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan
Merasa prihatin
terhadap perilaku masyarakat Islam di Indonesia yang masih mencampur-baurkan
adat-istiadat yang jelas-jelas bertentangan dengan ajaran umat islam, inilah
yang menjadi latar belakang pemikiran K.H. ahmad Dahlan untuk melakukan
pembaruan, yang juga melatar belakangi lahirnya Muhammadiyah. Selain faktor
lain diantaranya, yaitu pengaruh pemikiran pembaruan dari para gurunya di Timur
Tengah.
Hampir seluruh pemikiran K.H. Ahmad Dahlan
berangkat dari keprihatinannya terhadap situasi dan kondisi global umat Islam
waktu itu yang tenggelam dalam kejumudan (stagnasi), kebodohan, serta
keterbelakangan. Kondisi ini semakin diperparah dengan politik kolonial belanda
yang sangat merugikan bangsa Indonesia.
Menurut K.H.
Ahmad Dahlan, upaya strategis untuk menyelamatkan umat Islam dari pola berpikir
yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah melalui pendidikan.
Memang, Muhammadiyah sejak tahun 1912 telah menggarap dunia pendidikan, namun
perumusan mengenai tujuan pendidikan yang spesifik baru disusun pada 1936. Pada
mulanya tujuan pendidikan ini tampak dari ucapan K.H. Ahmad Dahlan: “ Dadiji
kjai sing kemajorean, adja kesel anggonu njambut gawe kanggo Muhammadiyah”(
Jadilah manusia yang maju, jangan pernah lelah dalam bekerja untuk
Muhammadiyah)
Untuk
mewujudkannya, menurut K.H. Ahmad Dahlan pendidikan terbagi menjadi tiga jenis,
yaitu:
1.Pendidikan
moral, akhlak
yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan karakter
manusia yang baik, berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Sunnah
2.Pendidikan
Individu
yaitu sebagai
usaha untuk menumbuhkan kesadaran individu yang utuh, yang berkesinambungan
antara keyakinan dan intelek, antara akal dan pikiran serta antara dunia dan
akhirat
3.Pendidikan
kemasyarakatan
yaitu sebagai
usaha untuk menumbuhkan kese”iya”an dan keinginan hidup masyarakat.
Tanpa mengurangi
pemikiran para intelektual muslim lainnya, paling tidak pemikiran Ahmad Dahlan
tentang pendidikan Islam dapat dikatakan sebagai awal kebangkitan pendidikan
Islam di Indonesia. Gagasan pembaruannya sempat mendapat tantangan dari
masyarakat waktu itu, terutama dari lingkunagan pendidikan tradisional. Kendati
demikian, bagi Dahlan, tantangan tersebut bukan merupakan hambatan, melainkan
tantangan yang perlu dihadapi secara arif dan bijaksana.
Arus dinamika
pembaharuan terus mengalir dan bergerak menuju kepada berbagai persoalan
kehidupan yang semakin kompleks. Dengan demikian, peranan pendidikan Islam
menjadi semakin penting dan strategis untuk senantiasa mendapat perhatian yang
serius. Hal ini disebabkan, karena pendidikan merupakan media yang sangat
strategis untuk mencerdaskan umat. Melalui media ini, umat akan semakin kritis
dan memiliki daya analisa yang tajam dalam membaca peta kehidupan masa depannya
yang dinamis. Dalam konteks ini, setidaknya pemikiran pendidikan K.H Ahmad
Dahlan dapat diletakkan sebagai upaya sekaligus wacana untuk memberikan
inspirasi bagi pembentukan dan pembinaan peradaban umat masa depan yang lebih
proporsional.
E.Konsep Pendidikan KH. Ahmad Dahlan
Kehadiran
penjajah Belanda ke Indonesia telah merusak tatanan sosial yang ada dalam
masyarakat Indonesia. Di jawa, Belanda telah merusak dan menghancurkan komponen
kehidupan perdagangan dan politik umat Islam. Selain itu, kondisi umat Islam
mulai menyimpang dari kesucian dan kemurnian ajaran Islam. Dalam segi kegiatan
keagamaan, mulai berkembang sikap fatalisme, khurafat, takhayul, serta
konservatisme yang tertanam kuat dalam kehidupan keagamaan dan sosial ekonomi
masyarakat Islam. Kondisi ini diperburuk lagi dengan dengan misi kristenisasi
yang membuat umat Islam mengalami kejumudan dalam setiap aspek kehidupannya.
Memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan Islam dan akibat dari pemerintahan
kolonial Belanda, terutama di pulau Jawa, K.H. Ahmad Dahlan merasa sangat
prihatin. Umat Islam saat itu berada dalam keterbelakangan, kebodohan, dan
kemiskinan. Selain itu, sistem pendidikan yang ada sangat lemah sehingga tidak
mampu menandingi misi kaum Zindiq maupun Kristen.
Melihat kenyataan diatas, beliau sebagai
seorang muallim merasa terpanggil untuk mempertahankan sistem dari abad-abad
permulaan Islam sebagai suatu sistem yang benar dan bebas dari unsur-unsur
bid’ah, berusaha membangun kembali agama Islam yang didasarkan pada sendi-sendi
ajaran yang benar, yakni sejalan dengan Al-Qur’an dan Hadits. Oleh sebab itu K.H.
Ahmad dahlan memfokuskan dirinya untuk memperbaiki tatanan masyarakat dengan
meningkatkan taraf pendidikan khususnya di Indonesia.
Pelaksanaan
pendidikan menurut Dahlan hendaknya di dasarkan pada landasan yang kokoh.
Landasan ini merupakan kerangka filosofis bagi merumuskan kerangka filosofis
bagi Islam, baik secara vertikal (Khaliq) maupun Horizontal (makhluk). Dalam
pandangan Islam, paling tidak ada dua sisi tugas penciptaan manusia, yaitu
sebagai abd’ Allah dan khalifah fi al-ardh.
Dalam proses
kejadiannya, manusia diberikan Allah dengan al-ruh dan al’aql. Untuk itu,
pendidikan hendaknya menjadi media yang dapat mengembangkan potensi al-ruh
untuk menalar petunjuk pelaksanaan ketundukan dan kepatuhan manusia kepada
Khaliqnya. Disini eksistensi akal merupakan potensi dasar bagi peserta didik
yang perlu dipelihara dan dikembangkan guna menyusun kerangka teoritis dan
metodologis bagaimana menata hubungan yang harmonis secara vertikal maupun
horizontal dalam konteks tujuan penciptaannya.
Pendidikan
menurut K.H. Ahmad Dahlan hendaknya ditempatkan pada skala prioritas utama
dalam proses pembangunan umat.
Upaya
mengaktualisasikan gagasan tersebut maka konsep pendidikan K.H. Ahmad Dahlan
ini meliputi:
1.Tujuan Pendidikan
Menurut K.H.
Ahmad Dahlan, pendidikan Islam hendaknya diarahkan pada usaha membentuk manusia
muslim yang berbudi pekerti luhur, alim dalam agama, luas pandangan dan paham
masalah ilmu keduniaan, serta bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya.
Tujuan pendidikan tersebut merupakan pembaharuan dari tujuan pendidikan yang
saling bertentangan pada saat itu yaitu pendidikan pesantren dan pendidikan
sekolah model Belanda. Di satu sisi pendidikan pesantren hanya bertujuan utnuk
menciptakan individu yang salih dan mendalami ilmu agama. Sebaliknya, pendidikan
sekolah model Belanda merupakan pendidikan sekuler yang didalamnya tidak
diajarkan agama sama sekali.
Melihat
ketimpangan tersebut KH. Ahamd Dahlan berpendapat bahwa tujuan pendidikan yang
sempurna adalah melahirkan individu yang utuh menguasai ilmu agama dan ilmu
umum, material dan spritual serta dunia dan akhirat. Bagi K.H. Ahmad Dahlan
kedua hal tersebut (agama-umum, material-spritual dan dunia-akhirat) merupakan
hal yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Inilah yang menjadi alasan
mengapa KH. Ahmad Dahlan mengajarkan pelajaran agama dan ilmu umum sekaligus di
Madrasah Muhammadiyah.
2.Materi pendidikan
Menurut Dahlan,
materi pendidikan adalah pengajaran Al-Qur’an dan Hadits, membaca, menulis,
berhitung, Ilmu bumi, dan menggambar. Materi Al-Qur’an dan Hadits meliputi;
Ibadah, persamaan derajat, fungsi perbuatan manusia dalam menentukan nasibnya,
musyawarah, pembuktian kebenaran Al-Qur’an dan Hadits menurut akal, kerjasama
antara agama-kebudayaan-kemajuan peradaban, hukum kausalitas perubahan, nafsu
dan kehendak, Demokratisasi dan liberalisasi, kemerdekaan berpikir, dinamika
kehidupan dan peranan manusia di dalamnya, dan akhlak (budi pekerti).
3.Metode Mengajar
Di dalam
menyampaikan pelajaran agama K.H. Ahmad Dahlan tidak menggunakan pendekatan yang tekstual tetapi
kontekstual. Karena pelajaran agama tidak cukup hanya dihafalkan atau dipahami
secara kognitif, tetapi harus diamalkan sesuai situasi dan kondisi.
Cara
belajar-mengajar di pesantren menggunakan sistem Weton dan Sorogan, madrasah
Muhammadiyah menggunakan sistem masihal seperti sekolah Belanda. Bahan
pelajaran di pesantren mengambil dari kitab-kitab agama saja. Sedangkan di
madrasah Muhammadiyah bahan pelajarannya mengambil dari kitab agama dan
buku-buku umum. Di pesantren hubungan guru-murid biasanya terkesan otoriter
karena para kiai memiliki otoritas ilmu yang dianggap sakral. Sedangkan
madrasah Muhammadiyah mulai mengembangkan hubungan antara guru-murid yang
akrab.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari pembahasan
di atas, pemakalah dapat menyimpulkan bahwasanya K.H. Ahmad Dahlan adalah
merupakan tokoh pendidikan yang sangat besar jasanya bagi dunia pendidikan di
Indonesia ini. Kyai Haji Ahmad
Dahlan (Muhammad Darwis) lahir di Kauman, Yogyakarta, 1 Agustus 1868, Sebelum
mendirikan organisasi Muhammadiyah, K.H. Ahmad Dahlan mempelajari
perubahan-perubahan yang terjadi di Mesir, Arab, dan India, untuk kemudian
berusaha menerapkannya di Indonesia. Ahmad Dahlan juga sering mengadakan
pengajian agama di langgar atau mushola. Pada tahun 1912 beliau mendirikan
Muhammadiyah yang semata-mata bertujuan untuk mengadakan dakwah Islam,
memajukan pendidikan dan pengajaran, menghidupkan sifat tolong-menolong,
mendirikan tempat ibadah dan wakaf, mendidik dan mengasuh anak-anak agar
menjadi umat Islam yang berarti, berusaha ke arah perbaikan penghidupan dan
kehidupan yang sesuai dengan ajaran Islam
Ide-ide yang di
kemukakan K.H.Ahmad Dahlan telah membawa pembaruan dalam bidang pembentukan
lembaga pendidikan Islam yang semula bersistem pesantren menjadi sistem
klasikal, dimana dalam pendidikan klasikal tersebut dimasukkan pelajaran umum
kedalam pendidikan madrasah. Meskipun demikian, K.H. Ahmad Dahlan tetap
mendahulukan pendidikan moral atau ahlak, pendidikan individu dan pendidikan
kemasyarakatan.
DAFTAR PUSTAKA
Ramayulis- Nizar,
Syamsul. 2010. Ensiklopedi Tokoh pendidikan Islam, Jakarta: Quantum teaching
Kurniawan,
Syamsul - Mahrus, Erwin. 2011. Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Weinata Islam,
(Jogjakarta:Ar-Ruzz Media)
Sairin, Gerakan
pembaharuan Muhammdiyah,
Salam, Junus
2009. Gerakan Pembaharuan Muhammadiyah, Tangerang: Al-Wasat Publising House
Soedja, Muhammad,
1993. Cerita tentang kyiai haji Ahmad
Dahlan, Jakarta: Rhineka Cipta
Baihaqi, Mif.
2008. Ensiklopedi Tokoh Pendidikan, Bandung: Penerbit Nuansa.
Di atas adalah Preview Isi dari file Makalah Tokoh Pendiri Muhammadiyah (KH. Ahmad Dahlan). Semoga dapat membantu sobat semua.
Semoga Bermanfaat :)
Post a Comment for "[PAI] Makalah Tentang KH. AHMAD DAHLAN (Pendiri Muhammadiyah) .Docx"
= > Silahkan berkomentar sesuai artikel diatas
Post a Comment= > Berkomentar dengan url ( mati / hidup ) tidak akan di publish